MAKALAH ILMU TAUHID : STAIS MAJENANG
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kepercayaan sesuatu
agama merupakan pokok dasarnya. Islam sebagai agama yang mengingkari
agama-agama Yahudi dan Nasrani serta agama-agama Berhala merasa perlu untuk
menjelaskan pokok dasar ajarannya dan segi-segi dakwah yang menjadi tujuannya,
al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad saw banyak berisi pembicaraan tentang
Wujud Tuhan, Keagungan, dan ke Esaan-Nya. Qur’an terutama menyebutkan untuk
sifat-sifat Tuhan yang banyak sekali dan sebagian lagi menyatakan macam-macam
hubungan dengan makhluknya seperti mendengar, melihat, Maha adil, menciptakan,
memberi rijki, menghidupkan, mematikan dan sebagainya.
Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau metafisika.
Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau metafisika.
Masalah-Masalah Ilmu Kalam/IlmuTauhid
- Latar Belakang Munculnya Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid
- Perbedaan Metode Ilmu Kalam Dengan Filsafat Islam, Fiqh dan TasawuF
- Pengaruh Sosial Politik
Terhadap Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah-Masalah
Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid.
Adalah aqidah islam karena sesuai dengan dalil-dalil
akal pikiran dan dalil naqli, menetapkan keyakinan aqidah dan menjelaskan tentang
ajaran-ajaran yang dibawa oleh junjungan Nabi Muhammad SAW, Bahkan merupakan
kelanjutan dari ajaran para Nabi sebelumnya. Al-Qur’an sebagai kitab suci
menggariskan ajaran-ajarannya diatas jalan yang terang yang belum pernah
dilalui oleh kitab suci sebelumnya, yaitu: jalan yang memungkinkan orang di
zaman ia diturunkan dan orang yang datang kemudian untuk melaluinya.
B. Latar
Belakang Munculnya Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Ilmu Kalam
/ ilmu tauhid dapat dibagi menjadi dua , yaitu faktor dari dalam ( intern) dan
faktor dari luar ( extern)
1. Faktor Intern. Faktor-faktor intern yang
menyebabkan timbulnya ilmu kalam / ilmu tauhid ada tiga macam, yaitu:
1) Sesungguhnya
Al-Qur’an itu sendiri disamping seruan dakwahNya kepada tauhid dan mempercayai
kenabian dan hal-hal yang berhubungan dengannya juga menyinggung
golongan-golongan dan agama, yang tersebar pada masa Nabi Muhammad SAW lalu
Al-Qur’an itu menolaknya dan membatalkan pendapat-pendapatnya.
2) Sesungguhnya kaum muslimin telah selesai
menaklukkan negeri-negeri baru , dan keadaan mulai stabil serta melimpah ruah
rezekinya ,disinilah akal pikiran mereka mulai memfilsafatkan agama .
3) Masalah
–masalah politik
2.
Faktor Extern. Faktor-faktor extern ada
tiga factor penting, yaitu:
1)
Sesungguhnya kebanyakan orang-orang
memeluk islam sesudah kemenangannaya, semula mereka memeluk berbagai agama,
yaitu: Agama Yahudi, Kristen, Manu, Zoroaster, Brahmana, Sabiah, Atheisme dan
lain-lain
2)
Sesungguhnya golongn islam yang terdahulu
terutama golongan Mu’tazilah memutuskan perhatiannya yang terpenting adalah
untuk dakwah islamiah dan bantahan alasan orang-orang yang memusuhi islam.
3)
Faktor ketiga ini merupakan kelanjutan
factor yang kedua. Yaitu sesungguhnya kebutuhan para mutakallimin terhadap filsafat
itu adalah untuk mengalahkan ( mengimbangi ) musuh-musuhnya, mendebat mereka
dengan mempergunakan alasan-alasan yang sama, maka mereka terpaksa mempelajari
filsafat Yunani dalam mengambil manfaat logika, terutama dari segi Ketuhanan.
Kita mengetahui An-Nadhami ( tokoh Mu’tazilah ) mempelajari filsafat
Aristoteles dan menolak babarapa pendapatnya.
C.
Perbedaan Metode Ilmu Kalam Dengan
Filsafat Islam, Fiqh dan Tasawuf
Yang akan dibicarakan disini ialah perbedaan metode ilmu kalam dengan beberapa ilmu-ilmu keislaman lainnya, yaitu: Filsafat Islam, Fiqh dan Tasawuf.
Yang akan dibicarakan disini ialah perbedaan metode ilmu kalam dengan beberapa ilmu-ilmu keislaman lainnya, yaitu: Filsafat Islam, Fiqh dan Tasawuf.
D.
Pengaruh Sosial Politik Terhadap Ilmu
Kalam / Ilmu Tauhid
Apabila memperhatikan masalah khilafah ( bentuk
pemerintahan ) dengan akal pikiran yang sehat, maka dapat disimpulkan bahwa
masalah khilafah adalah soal politik belaka. Agama tidak mengharuskan kaum
muslimin mengambil bentuk Khilafah dengan sistem tertentu. Tetapi Agama hanya
memberikan ketentuan supaya memperhatikan kepentingan umum. Mengenai khilafah
Ibnu Taimiyah memandang bahwa tata politik yang lahir di Madinah setelah Nabi
Muhammad SAW wafat adalah despensasi khusus dari Allah dan menyebutnya khilafah
an-nubuwwah. Ia berpendapat bahwa kekholifahan ini juga memiliki sifat yang sui
generic, yang tidak dapat terulang kembali didalam sejarah karena Nabi telah
menyatakan; Kekholifahan ini, hanya bertahan selama tiga puluh tahun setelah
itu yang ada hanyalah politik dalam pengertian yang umum.
Memang benar bahwa kholifah-kholifah dari
dinasti-dinasti Umayah, Abbasiyah dan lain-lainnya menamakan diri mereka
sebagai khulafah tetapi kaum muslimin terpaksa menerima hal itu karena mereka
mamiliki kekuatan otoritas yang nyata dan mereka adalah “ Raja-raja kaum
muslimin” dan “ Penguasa-penguasa diatas dunia “.Mereka tidak memerintah
sebagai wakil-wakil Nabi, tetapi hanya tampil sesudah beliau wafat dan
melaksanakan syariah sebagai hukum dasar Negara dengan semua upaya mereka dan
oleh karena secara populer dijuluki sebagai khulafah. Jadi menurut Ibnu
Taimiyah praktek-praktek yang telah dilakukan kaum muslimin di dalam sejarah
tidak dapat di jadikan landasan filsafat politik tidak mau ada kesalahan dengan
membenarkan kekuatan politik yang actual sebagaia otoritas yang dihibahkan oleh
kholifah boneka tersebut. Karena tidak menemukan petunjuk mengenai teori teori
konstitusionsl didalam Al Qur’an, Sunnah atau dalam praktek Khulafaur-Rasyidin,
maka teori klasik mengenai kekhalifahan ditolaknya.
Qur’an sendiri, sebagai kitab utama agama Islam, menyerukan pemakaian akal pikiran dan memperhatikan alam semesta ini dengan panca indra, dan mencela keras taqlid (ikut – ikutan), terutama dalam soal- soal kepercayaan agama. Juga al-Qur’an banyak menyinggung dan membantah golongan-golongan atheist (dahriyyin), golongan musyrikin, mereka yang tidak mempercayai keputusan Nabi-nabi.
Qur’an sendiri, sebagai kitab utama agama Islam, menyerukan pemakaian akal pikiran dan memperhatikan alam semesta ini dengan panca indra, dan mencela keras taqlid (ikut – ikutan), terutama dalam soal- soal kepercayaan agama. Juga al-Qur’an banyak menyinggung dan membantah golongan-golongan atheist (dahriyyin), golongan musyrikin, mereka yang tidak mempercayai keputusan Nabi-nabi.
Karena itu kaum muslimin sendiri harus melepaskan
akal pikirannya untuk menggali isi al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai penjelas
dan juru penerangnya (al-Qur’an). Pada waktu Rasul masih hidup, apabila
terdapat sesuatu kesulitan atau sesuatu yang tidak dapat dipahami, atau
diketahui, maka mereka bisa menanyakannya langsung kepada Rasul.
Setelah Rasul wafat, timbullah persoalan, siapakah
yang berhak memegang khilafat (pimpinan kaum muslimin)sesudahnya? Dengan
berlalunya masa, muncullah apa yang disebut ”peristiwa Ali r.a kontra Usman
r.a. “ yang telah banyak menimbulkan persengketaan dan perdebatan dikalangan
kaum muslimin untuk di ketahui siapa yang benar dan siapa pula yang salah.
Pertama yang di perselisihkan ialah soal “Imamah”
(pimpinan kaum muslimin) dan syarat- syaratnya, serta siapa yang berhak
memegangnya .Golongan syiah (pengikut Ali r.a) memonopolikan Imamah tersebut
kepada Ali r.a. dan keturunan-keturunannya, sedangkan golongan khawarij dan
Mu’tazilah meganggap, bahwa orang yang berhak memangku jabatan Imamah ialah
orang yang terbaik dan paling cakap, meskipun ia budak belian atau bukan orang
Arab (Quraisy). Dalam pada itu, menurut mayoritas kaum muslimin, yang
pendapatnya moderat, yang berhak memangku jabatan tersebut ialah orang yang paling
cakap dari golongan Quraisy, karena Rasul sendiri mengatakan : “imam-imam
terdiri dari orang Quraisy “(bukan imam dalam sholat).
Setelah terjadi pembunuhan atas diri Usman r.a
(th.655 M) timbul perselisihan yang lain, yaitu sekitar prsoalan dosa besar,
apa hakekatnya dan bagaimana hukum orang yang mengerjakannya. Apa yang di
maksudkan dengan dosa besar mula-mula ialah pembunuhan tersebut. Kelanjutannya
sudah barang tentu ialah perselisihan tentang iman, apa pengertian dan
bagaimana batasanya, serta pertaliannya dengan perbuatan lahir. Perselisihan
ini telah menimbulkan golongan- golongan Khawarij, Murjiah dan kemudian lagi
golongan Mu’tazilah,
Dengan demikian, maka perselisihan dalam soal dosa
besar (pembunuhan) sudah bercorak agama yang sebelumnya masih bercorak politik
dan kemudian menjadi pembicaraan yang penting dalam Tauhid Islam, sebagaimana
halnya dengan urusan khalifah dan Imamah, sedangkan soal-soal ini sebenarnya
lebih tepat kalau di masukkan kedalam ilmu fiqih karena bertalian dengan hukum
amalan lahir, bukan dalam bidang kepercayaan.
Akan tetapi karena pendapat beberapa golongan Islam
dalam soal-soal tersebut hampir membawa mereka keluar dari dasar-dasar agama
Islam, maka Ulama–ulama Tauhid Islam memasukan soal-soal tersebut kedalam
pembahasan Ilmu Tauhid agar bisa di bahas dengan sebaik-baiknya, lepas dari
rasa fanatik dan penguasaan hawa nafsu dan agar bisa jelas antara yang benar
dan yang salah, untuk menjaga kemurnian agama.
Dalam daerah-daerah yang di datangi oleh kaum
Muslimin, terutama di Irak, pada pertengahan abad hijriah, terdapat
bermacam-macam agama dan peradaban, yaitu peradaban Persia dan India yang
dibawa oleh orang-orang persi dan India yang masuk islam; peradaban Yunani yang
dibawa oleh orang-orang Suriani dan oleh buku-buku Yunani yang telah
diterjemahkan kedalam bahasa Arab, peradaban yang dibawa oleh orang-orang
Masehi yang telah memfilsafatkan agamanya dan memakai filsafat Yunani sebagai
alat untuk memperkuat kepercayaan mereka. Sebagai akibat pertemuan agama islam
dengan peradaban-peradaban tersebut, maka sebagian kaum muslimin mulai
mencetuskan fikiran-fikiran yang bercorak filsafat dalam soal-soal agama yang
tidak dikenal sebelumnya, serta mereka mulai memberikan pembuktian
pembenarannya dengan alasan-alasan logika. Disamping itu ada juga yang
menyatakan bahwa lahirnya ilmu kalam disebabkan karena perbedaan pendapat
mengenai hukum, masihkah seorang muslim sebagai muslim setelah melakukan dosa
besar? Ataukah menjadi kafir?.
Mengenai hal tersebut golongan khowarij menegaskan
bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar tidak lagi sebagai muslim.
Sebagai reaksi terhadap pandangan kaum khawarij yang keras itu timbullah kaum
murji’ah. Menurut mereka orang islam yang berdosa besar tidak menjadi kafir,
tetapi tetap mukmin. Soal dosa besar yang bersangkutan, mereka serahkan kepada
keputusan Tuhan di hari perhitungan kelak. Sehubungan dengan masalah orang yang
berbuat dosa besar sebagai diperdebatkan oleh kaum murji’ah dan khawarij
diatas, timbul pula kaum mu’tazilah, sebagai aliran ketiga dalam ilmu kalam.
Bagi mereka orang islam yang berbuat dosa besar bukan kafir tetapi bukan pula
mukmin.
Selain masalah orang islam yang berdosa besar
sebagaimana disebutkan di atas, muncul pula masalah takdir Tuhan. Menurut paham
kodariyah bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk
mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Sedangkan menurut paham jabariyah bahwa
Tuhan telah menakdirkan perbuatan manusia sejak awal, dan pada hakikatnya
manusia itu tidak memiliki kehendak dan kudroh
BAB III
KESIMPULAN
Adanya
perbedaan-perbedaan paham antara golongan atau paham khowarij, murji’ah dan
muktajilah dalam menyikapi masalah seperti yang terjadi diatas. Akhirnya para
Ulama ahli kalam (tauhid) merasa khawatir golongan-golongan tersebut didalam menentukan
hukum dan menyikapi masalah-masalah yang terjadi, keluar dari nash yang sudah
digariskan oleh al-qur’an dan hadits, terutama yang berkaitan dengan aqidah
atau kepercayaan umat islam.
Maka lahirlah ilmu
kalam sebagai landasan dan acuan didalam menyikapi masalah-masalah yang
berkaitan dengan masalah-masalah aqidah (kepercayaan), sehingga tidak keluar
dari ajaran dan ketentuan-ketentuan yang telah dinashkan oleh hukum-hukum islam
baik al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah saw.
Keyakinan yang wajib
kita pegang ialah, bahwa agama islam adalah agama (kepercayaan) “Tauhid”
(monotheisme), bukan agama yang berpecah-pecah dalam keprcayaan-kepercayaan
itu. Akal adalah pembantunya yang paling utama dan naql (al-Qur’an dan Sunnah)
adalah merupakan sendi-sendi yang paling kukuh. Dibalik itu hanyalah
godaan-godaan setan belaka dan nafsu-nafsu orang yang haus kekuasaan.
Qur’an menjadi saksi bagi segala amal perbuatan manusia dan menjadi hakim yang menghukum benar atau salahnya masing-masing orang dalam amalnya.
Qur’an menjadi saksi bagi segala amal perbuatan manusia dan menjadi hakim yang menghukum benar atau salahnya masing-masing orang dalam amalnya.
BAB
IV
PENUTUP
Sebagai mahasiswa ideal
dan seyogyanya, dengan adanya karya yang sangat memberi andil besar dalam
kajian akidah (tauhid) khususnya, yaitu “ilmu kalam (tauhid)” dapat memberi
jalan, sehingga tidak ada lagi alasan untuk hanya ikut-ikutan (taqlid) dalam
bertauhid. Ilmu tauhid adalah ilmu yang sangat penting dalam membangun keimanan
yang sejati, Ilmu tauhid adalah merupakan tiang yang amat kokoh dari segala
ilmu, menurut Syekh Muhammad Abduh.
Tujuan terakhir dari
ilmu ini, ialah menegakkan suatu kewajiban yang sama-sama disepakati, yaitu
mengenal Allah yang Maha Esa, Maha tinggi dengan segala sifat-sifat yang wajib
melekat pada diri-Nya, serta menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang mustahil bagi
Zat-Nya. Membenarkan para Rasul-Nya dengan keyakinan yang dapat menentramkan
jiwa, dengan jalan berpegang teguh kepada dalil, bukan semata-mata menyerah
kepada taqlid buta, sesuai yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dan Sunnah Rasul
kepada kita. Ia menganjurkan kepada kita untuk melakukan penyelidikan dengan
mempergunakan akal, kepada benda-benda alam yang terdapat di sekitar kita,
menembus rahasia-rahasia alam itu sekedar yang dapat dicapai, sehingga timbul
keyakinan terhadap apa-apa yang telah dianjurkan kita menyelidiki nya.
Demikian penulisan
makalah yang dapat kami sajikan dan kami sangat menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan dan pengembangan. Dan semoga ada manfaatnya. Amin.
Majenang,
Januari 2012
Penulis
Badrus Soleh
BAB
V
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi A, Theology Islam, (Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995), cet.6
Nata Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993)
Abduh Syekh Muhammad, Risalah Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1992)
MAKALAH STRATEGI BELAJAR : STAIS MAJENANG
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi
Pembelajaran
Tugas utama
seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan
itu terselenggara dengan efektif, seorang pengajar harus mengetahui hakikat
kegiatan mengajar, dan strategi pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan dimana
ia hidup. Dalam hal ini proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan,
terencana, gradual, bergilir, berkeseimbangan, dan terpadu, yang secara
keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran.
Dalam buku Strateg Belajar Mengajar, Gulo (2002) menjelaskan makna belajar
sebagai seperangkat kegiatan mental intelektual, yang hakikatnya sebagai usaha
untuk mengubah tingkah laku. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah lak dalam
berfikir, bersikap, maupun berbuat.
Mengajar diartikan sebagai usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri
atas komponen mengajar, tujuan pengajaran, peserta didik, materi pelajaran,
strategi pengajaran, media pengajaran, dan faktor administrasi serta biaya yang
memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Mengajarpun dapat
diartikan sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang
diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain mebantu menumbuhkan dan
mentransformasikan nilai-nilai positif sambil memberdayakan serta mengembangkan
potensi-potensi kepribadian peserta didik. Pemahaman terhadap mengajar
ditentukan oleh prsepsi pengajar terhadap belajar. Kalau belajar dianggap
sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan, maka mengajar adalah memberi
informasi. Kalau belajar adalah usaha untuk memperoleh ketrampilan, maka
mengajar adalah melatih ketrampilan. Kalau belajar adalah kegiatan untuk mengolah
informasi, maka mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran.
Proses
pembelajaran mengarah pada peningkatan kualitas manusia secara utuh, meliputi
dimensi kognitif-intelektual, ketrampilan dan nilai-nilai lainnya.
B.
Pengertian
Strategi Pembelajaran
Strategi
berasala dari bahasa Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima
perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang
operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat
berperang, angkatan darat dan laut. Strategia dapat pula diartikan sebagai
suatu ketrampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering
dikemukakan bahwa strategi merupakan teknik yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam bidang administrasi, strategi diartikan sebagai upaya yang
bersifat makro, menyeluruh, jangka panjang dan didasarkan atas keputusan hasil
penalaran. Strategi dimaknai pula sebagai tugas pokok lapisan sistem tingkat
atas. Pada perkembangannya strategi digunakan dalam hampir semua disiplin ilmu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1989) strategi adalah
ilmu dan seni menggunaka semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam peang dan damai. Yang dapat dianggap berkaitan
langsung degan pengertia strategi dalam pengajaran bahwa strategi merupakan
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne (1974) strategi adalah kemampuan
internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berfikir
secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil
keputusan. Peserta didik akan mempunyai executive control, atau kontrol tingkat
tinggi, yaitu analisis yang tajam, tepat, dan akurat. Sedangkan strategi secara
kognisi adalah ebagai proses berfikir secara induktif yaitu membuat
generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang
(Bell Gredler, 1986). Strategi kognitif tidak berkaitan dnegan ilmu yang
dimiliki seseorang, melainkan merupakan kemampuan berpikir internal yang
dimiliki seseorang dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu yang
dimilikinya. Secara umum pengertian strategi adalah suatugaris-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan.
Keseluruhan pengertian strategi di atas merujuk pada aspek perencanaan yang
cermat, terukur, dan dipersiapkan melalui mekanisme yang benar. Pengertian
strategi tersebut diterapkan pada berbagai disiplin ilmu, termasuk kontek
pengajaran.
C. Klasifikasi
Strategi Pembelajaran
Ada beberapa macam pengklasifikasian / penggolongan strategi pembelajaran
diantaranya:
1.
Strategi
pembelajaran berdasarkan cara memproses penemuan.
Berdasarkan cara memproses penemuan, strategi pembelajaran dibedakan atas
strategi ekspositoris dan strategi penemuan (discovery).
a)
Strategi Pembelajaran Ekspositori
merupakan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis
atau penjelasan (presentasi) verbal. Pengajar mengolah secara tuntas pesan atau
materi sebeum disampaikan di kelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar
semua aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah
paada tersampaikannya isi pelajaran (informasi) kepada peserta didik secara
langsung.
b)
Strategi Pembelajaran Discovery
Dalam bukunya, Rustiyah (2001) dalam Dadang Suhendar, mengemukakan bahwa
discovery atau penemuan adalah proses mental peserta didik yang mampu
mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip.yang dimaksud dengan proses mental
tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan,
menduga atau memperkirakan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Yang
tergolong ke dalam konsep misalnya,segitiga, panas, demokrasi. Sedangkan yang
dimaksud dengnan prinsip, mialnya, logam bila dipanaskan akan mengembang.
Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri
dan mengalami proses menal itu sendiri. Pengajar hanya membeimbing dan
memberikan instruksi (petunjuk). Dalam strategi discovery pengajar harus berusaha
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi.
Berdasarkan
kegiatan pengolahan pesan atau materi,maka strategi pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris
dan strategi pembelajaran heuristik atau kurioristik.
a) Strategi Pembelajaran
Ekspositoris
Strategi pembelajaran
ekspositoris merupakan strategi pembelajaran berbentuk penguraian, baik berupa
bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Pengajar mengolah
materi secaratuntas sebelum disampaikan di kelas. Strategi pembelajaran ini
menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta didik secara
langsung. Dalam strategi ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan
peserta didik berperan sangat pasif atau menerima saja.
b) Strategi Pembelajaran
Heuristik atau Kurioristik
Strategi
pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran yang bertolak belakang
dengan strategi pembelajaran ekspositoris karena dalam strategi ini peserta
didik diberi kesempatan untuk perperan dominan dalam proses pembelajaran.
Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan
sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan.
Dalam strategi heuristik pengajar pertama-tama mengarahkan peserta didik kepada data-ata terpilih, selanjutnya peserta didik meumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi pembelajaran ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik isa menemukan sendiri.
Dalam strategi heuristik pengajar pertama-tama mengarahkan peserta didik kepada data-ata terpilih, selanjutnya peserta didik meumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi pembelajaran ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik isa menemukan sendiri.
Strategi
pembelajaran heuristik adalah sebuah strategi yang menyiasati agar aspek-aspek
dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada
pengaktifan peserta didik, mencari dan menemukan sendiri fakta, pinsip dan
konsep yang mereka butuhkan.
Teknik
penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah inkuiri (inquiry),
pemecahan masalah (problem solving), eksperimen, penemuan (discovery),
teknik nondirektif, penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja
lapangan. Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi ini adalah
teknik ceramah, teknik diskusi, teknik interaksi massa, teknik antar disiplin,
teknik simulasi, teknik demonstrasi, dan teknik team teaching.
3. Strategi Pembelajaran
Berdasarkan Penekanan Komponen Dalam Program Pengajaran
Seperti telah dikemukakan di atas, berdasarkan
komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran, terdapat tiga macam
strategi pengajaran, yaitu (1) strategi pembelajaran yang berpusat pada
pengajar, (2) strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan (3)
strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.
a.
Strategi Pembelajaran yang berpusat pada Pengajar
Strategi
pembelajaran yang berpusat pada pengajar merupakan strategi yang paling tua,
disebut juga strategi pembelajaran tradisional. Ada yang berpendapat bahwa
mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian
demikian, tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri.
Pengajar berlaku sebgai sumber informasi yang mempunyai posisi sangat dominan.
Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik dan
menyampaikan keterang atau informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
Belajar dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima informasi dari
pengajar sehingga dalam aktivitas pembelajaran peserta didik cenderung menjadi
pasif. Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar ini disebut dengan teacher
center strategies.
Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan
strategi pembelajaran ini adalah teknik ceramah, teknik demonstrasi, dan teknik
antar disiplin.
a) Strategi Pembelajaran yang
berpusat pada Peserta Didik
Tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik.
Membelajarkan berarti meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memproses,
menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan diri peserta didik dalam
konteks lingkungannya. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
atau student center strategies, bertitik tolak pada sudut pandang yang
memberi arti bahwa mengajar merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan
yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha
untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal. Yang
menjadi pusat perhatian adalah peserta didik, menitik beratkan pada usaha
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menemukan,memahami, dan memproses
informasi.
Peserta didik bukan ojek pendidikan karena sebagai
manusia ia adalah subjek dalam modalitas. Dalam proses pembelajaran peserta
didik berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan
pengajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus
diperlakukan dan memperlakukan dirinya bukan sebagai objek, tetapi sebagai
subjek aktif.dalam proses pembelajaran peserta didik adalah manusia yang
menjalani perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang individu dan
personal yang mempunyai kepribadian dengan kemampuan tertentu. Dengan kata
lain, aktualisasi diri (self actualization).
Berdasarkan pemahaman tersebut,strategi pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran ini pengajar berperan sebgai
fasilitator dan motivator. Pengajar membantu peserta didik untuk mengembangkan
dirinya secara utuh sehingga pengajar harus mengenal potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik untuk dikembangkan.
Teknik yang paralel dengan strategi pembelajaran
iniadalah tekni inquiri (inquiry), teknik satuan pengajaran (unit
teaching), teknik advokasi, teknik diskusi, teknik kerja kelompok, teknik
penemuan (discovery), teknik eksperimen, teknik kerja lapangan, tenik
sosiodrama, teknik non directive, dan teknik penyajian khusus.
b) Strategi Pembelajaran yang
berpusat pada Materi Pengajaran
Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal
dan materi informal. Materi formal adalah pelajaran yang terdapat dalam buku
teks resmi di sekolah sedangkan materi informal adalah bahan pelajaran yang
bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat
informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih relevan dan aktual atau
berdasarkan situasi nyata.
Pendidikan yang berlangsung di lembaga pendidikan
formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Salah satunya
berorientasi pada disiplin ilmu pengetahuan, yang mengantar peserta didik pada
penguasaan ilmu pengetahuan atau materi pengajaran. Sehubungan dengan itu, maka
strategi pembelajaran diarahkan dan disusun berdasarkan disiplin ilmu
pengetahuan atau materi pengajaran yang menjadi sasarannya. Pada hakikatnya,
suatu strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi atau paket
pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi
pengajaran, atau yang disebut dengan material center strategies bertitik
tolak pada pendapat yang mengemukakan bahwa belajara adalah usaha untuk
memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini,strategi pembelajaran
dipusatkan pada materi pelajaran. Menurut Gulo (2002) dalam strategi ini perlu
diperhatikan dua hal.
Pertama, kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan
keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan
kualitas manusia seutuhnya.
Kedua, materi pelajaran yang disampaikan di kelas dan yang dimuat dalam buku teks,
akan makin usang dengan makin pesatnya perkembangan dalam bidang pengetahuan
dan teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang
akan berbaur dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi
berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi
sumber informasi. Sekolah tidak mungkin lagi menjadi satu-satunya sumber
informasi, karena banyak media yang dapat digunakamn untuk mendapatkan
informasi, seperti melalui media massa dan elektronik.
Teknik penyajian yang paralel dengan strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran adalah tutorial, teknik
modular, dan teknik pengajaran terpadu (antardisiplin), teknik secara
kasuistik, teknik kerja lapangan, teknik eksperimen, dan teknik demonstrasi
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa strategi
pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
materi pelajaran atau pesan-pesan agar mudah difahami oleh peserta didik.
Sehingga tercapailah apa yang menjadi tujuan pendidikan.
Setiap guru atau
tenaga pengajar dalam hal menyampaikan materi pelajaran memiliki strategi yang
berbeda-beda, hal ini bergantung pada tingkat ilmu atau pengalaman yang
dimiliki oleh masing-masing guru. Semakin luas pengalaman yang dimilikinya maka
akan semakin profesional dalam kemampuan mengajarnya.
Ada banyak
sekali mengenai strategi pembelajaran yang penulis temukan pada sumber-sumber
yang ada. Dan masing-masing memiliki perbedaan yang signifikan baik dalam
pengertian maupun dalam praktek lapangan. Sehingga strategi apapun yang
digunakan bisa efektif, tentunya disesuaikan dengan situasi dan prasarana yang
ada.
Pareng................
Badrus Soleh
DAFTAR PUSTAKA
http://myfortuner.wordpress.com/strategi-pembelajaran-2/strategi-pembelajaran/strategi-kuliah-4-5/
selasa 24/042012. ((8:35)AM
http://education-mantap.blogspot.com/2010/12/strategi-pembelajaran.html
Selasa, 24 April 2012 (8:54)AM
http://education-mantap.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-strategi-pembelajaran.html
Senin, 30 April 2012 (12:28)PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar